Banyuwangi – Minggu (23/01) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Osing-Banyuwangi memperingati satu tahun berdirinya Pesinauan-Sekolah Adat Osing di Sawah Art Space, Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Gelar Seni Budaya merupakan puncak dari rangkaian kegiatan tersebut.
Peringatan satu tahun Pesinauan digelar sejak Kamis sore tanggal 20 Januari 2022 diawali dengan selametan di petilasan Buyut Cili. Ritual dilakukan demi mendapatkan restu leluhur. Setelah itu dilanjutkan dengan ritual mocoan Lontar Yusup semalam suntuk dengan maksud agar Pesinauan dan seluruh pegiatnya mendapatkan berkah dari pembacaan salah satu naskah kuno yang berkisah tentang salah satu manusia pilihan Tuhan, Nabi Yusuf AS. Pada hari minggunya diselenggarakan Gelar Seni Budaya oleh seluruh anak didik Pesinauan tanpa terkecuali.
Dalam Gelar Seni Budaya ditampilkan bermacam seni tari seperti Jejer Gandrung, Onclak Kidang, Condromowo, Nyiru, Alumpang, Jarang Goyang, dan Jaranan Buto. Untuk pembukaan dibacakan beberapa pupuh dari Lontar Yusup yang juga dibawakan oleh anak didik di Pesinauan. Tak lupa dikumandangkan bersama lagu Indonesia Raya, Mars serta Himne Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) untuk menumbuhkan nasionalisme serta mengingatkan kembali pada tujuan AMAN, yaitu berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan bermartabat secara budaya. Selanjutnya dilakukan pemotongan tumpeng dan doa bersama yang dipimpin oleh Ketua Adat Kemiren, Pak Suhaimi. Tak luput sambutan dari Ketua AMAN Osing Banyuwangi yang merasa sangat bangga akan kegiatan ini dan sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang ada di Pesinauan-Sekolah Adat Osing.
Acara yang dipandu dengan Bahasa Osing ini berlangsung meriah dan hangat. Di antara yang hadir selain pegiat, anak didik, dan wali dari anak didik di Pesinauan adalah Pengurus Daerah (PD) AMAN Osing, Pengurus PD Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Osing, Pengurus Perempuan AMAN Osing, Dewan Nasional Perempuan AMAN, para Ketua Adat dari seluruh komunitas anggota AMAN Osing Banyuwangi, Ketua dan Pengurus Komunitas Pecinta Adat Tradisi Osing (KOPAT), beberapa pekerja media, dan para simpatisan serta sahabat Pesinauan lainnya. Tak hanya itu, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DISPUSIP) Banyuwangi dan pegiat literasi dari Kampoeng Batara (Kampoeng Baca Taman Rimba) Papring, Kalipuro juga nampak membaur dalam kebahagiaan siang itu.
Pesinauan-Sekolah Adat Osing dengan Pengarep (Kepala Sekolah) Slamet Diharjo alias Samsul yang asli Desa Kemiren ini didirikan sebagai bagian dari kerja-kerja pewarisan dan penguatan jati diri, pola pikir, cara hidup dan sistem pengetahuan masyarakat adat Osing sehingga tujuan pendiriannya adalah untuk menumbuhkan benih-benih literasi tentang adat tradisi Osing pada anak didiknya yang merupakan tunas-tunas muda di Komunitas Adat Osing di Banyuwangi. Meski demikian, Pesinauan-Sekolah Adat Osing tetap membuka kesempatan bagi siapa pun yang bukan dari Osing untuk turut bergerak bersama sesuai dengan mottonya: Merawat Tradisi Mewariskan Weluri. Samsul dipilih karena merupakan sosok pemuda adat yang secara riil bergerak nyata meneruskan adat tradisi leluhurnya. Lokasi penyelenggaraan Pesinauan merupakan sawahnya. Samsul merasa sangat senang bisa menyediakan ruang belajar bersama bagi semua. Memanglah benar bahwa pendidikan adat berbasis komunitas masyarakat adat harus dimulai dari dan oleh komunitas adat yang tidak terpisahkan dari budaya dan wilayah adatnya. AMAN Osing Banyuwangi menangkap cita-cita Samsul yang selaras dengan konsep Sekolah Adat dan Gerakan Pulang Kampung AMAN sehingga terwujudlah Pesinauan-Sekolah Adat Osing pada 21 januari 2021 lalu. Samsul bersama para pemuda-pemudi dari 16 komunitas adat Osing anggota AMAN yang tergabung dalam PD BPAN Osing bergerak sinergis meneguhkan identitas budayanya.
Dalam kacamata literasi, Pesinauan telah membuat aksi nyata dalam perubahan dan pembentukan karakter masyarakat, khususnya para generasi mudanya. Dalam berbagai kegiatan di Pesinauan, para mentor mengajarkan adat dan tradisi warisan leluhur. Adat dan tradisi Osing yang menjadi pokok bahasan utama dalam kegiatan belajar di Pesinauan meliputi bidang seni, pertanian, kuliner, permainan, pernaskahan kuno, tradisi, dan masih banyak lagi. Semuanya itu tidak serta merta diberikan begitu saja. Para mentor selain menerangkan tentang wujud fisik, juga terutama menanamkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam kearifan lokal Osing terebut. Hal ini sebagai wujud nyata penanaman literasi berprespektif budaya.
Bertolak dari definisi literasi menurut UNSECO; yaitu keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif seseorang dalam membaca dan menulis yang dipengaruhi oleh kompetensi di bidang akademik, konteks nasional, institusi, nilai-nilai budaya, dan pengalaman, maka dalam hal ini Pesinauan-Sekolah Adat Osing telah berperan serta secara aktif dalam menghadapi tantangan literasi di masyarakat dengan mengajarkan adat dan tradisi Osing yang merupakan penciri utama identitas budaya Banyuwangi.