Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Banyuwangi menggelar webinar ketiga dalam rangkaian peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) dengan tajuk “Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial” pada Senin (13/11/2021).

Webinar yang dilaksanakan secara daring menggunakan media zoom ini  dikupas tuntas oleh Narasumber dari Dispusip Banyuwangi, Ahmat Syaiful Ulya, S.A.P., S.I.Pust dan dimoderatori oleh Pustakawan Muda Dispusip Banyuwangi, Yusup Khoiri, S.STP.

Kegiatan ini diikuti oleh Kepala Desa, Lurah, beberapa Camat, pengelola perpustakaan desa, di Kabupaten Banyuwangi dan pustakawan dari beberapa perpustakaan di Indonesia, serta pengelola perpustakaan sekolah. Peserta webinar yang berjumlah lebih dari 100 orang tersebut berasal dari beberapa daerah di Indonesia, seperti Banyuwangi sendiri, Bangkalan, Maluku dan Papua.

Syaiful menyampaikan bahwa transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan upaya untuk mengembangkan perpustakaan sebagai pusat pembelajaran dan tempat kegiatan masyarakat berbasis teknologi informasi dengan membuka pelayanan untuk semua pihak. “Program transformasi ini konsepnya ada dua, yang pertama yaitu transformasi perpustakaan, dan yang kedua berbasis inklusi sosial. Transformasi perpustakaan artinya perpustakaan mengembangkan diri, dari yang awalnya manual dikembangkan menjadi lebih modern berbasis TIK,” papar Syaiful.

Lebih lanjut, Syaiful menjelaskan bahwa maksud dari inklusi adalah merangkul semua pihak, tanpa melihat agama, suku, agama, maupun jenis kelamin. “Inklusi artinya merangkul semua pihak dan tidak membatasi diri, termasuk juga merangkul pihak yang sebelumnya tidak terpikirkan dan termajinalkan. Misalnya saja dulu perpustakaan kurang memperhatikan layanan terhadap penyandang disabilitas. Namun, karena penyandang disabilitas juga memiliki hak atas segala fasilitas perpustakaan, maka sekarang lebih dipikirkan,” ungkap Syaiful.

Secara garis besar Syaiful menyebutkan pula pihak-pihak yang menjadi sasaran dari program perpustakaan berbasis inklusi sosial ini. Warga pedalaman yang sebelumnya kurang tersentuh teknologi dan informasi merupakan salah satu targetnya. “Kita juga lebih memperhatikan warga di pedalaman dengan mendatangi mereka, karena mereka juga berhak atas sumber informasi,” Kata Syaiful.

Syaiful juga mengungkapkan harapannya bahwa ingin menjadikan perpustakaan sebagai pusat kegiatan belajar dan juga kegiatan masyarakat. Ia mengharapkan komitmen dari semua pihak untuk membuat perpustakaan ramai akan kegiatan bermanfaat. Menurut Syaiful, komitmen inilah yang saat ini masih menjadi hambatan terlaksananya perpustakaan berbasis inklusi sosial yang saat ini secara bertahap mulai dijalankan.

Dalam pelaksanaannya, transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial dapat dilaksanakan dengan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak terkait, tentunya diinisiasi dan direncanakan oleh pihak perpustakaan. Menurut Syaiful, pihak-pihak lain yang lebih berkompeten di bidangnya dapat membantu perpustakaan. Dalam hal ini, perpustakaan akan berfungsi sebagai fasilitator. “Bisa dengan melakukan kemitraan dengan komunitas, misalnya komunitas IT mahasiswa. Komunitas bisa menjadi narasumber, dan perpustakaan menjadi wadahnya,” pungkas Syaiful.

Dengan demikian kegiatan webinar ini merupakan salah satu terobosan Dispusip untuk mengenalkan kepada masyarakat secara umum bahwa Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyuwangi telah melakukan upaya-upaya yang mengarah pada kebermanfaatan Perpustakaan oleh Masyarakat.

Kontributor : Sasi Nur Aini (Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Unej)