Banyuwangi- Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Banyuwangi (DISPUSIP) sambangi Kampoeng BATARA (Baca Tunas Rimba) yang berada di Dusun Papring Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi pada Selasa (25/1).
Kepala Bidang Perpustakaan, Hadi Santoso dan Tim melakukan kunjungan ke Kampoeng BATARA dalam rangka mencari inspirasi literasi, mengingat Kampoeng BATARA telah membuat banyak kegiatan yang mendukung proses peningkatan literasi di masyarakat. Tim Dispusip diterima langsung oleh pendiri Kampoeng BATARA, Widie Nurmahmudy atau Kami menyebutnya Mas Widi dan didampingi Mbak Ira Rachmawati salah satu wartawan Kompas yang juga seorang pegiat literasi di Banyuwangi yang saat itu sedang mendampingi kegiatan Ibu-ibu Dusun Papring malaksanakan pelatihan membuat kue. Sambutan yang hangat diberikan mereka atas kedatangan Tim dari DISPUSIP.
Pada kunjungan ini, Tim Dispusip bertepatan dengan satu momen yang sangat menarik yaitu pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang merupakan agenda rutin yang dilakukan oleh Kampoeng BATARA. Pelatihan membuat kue bolu kukus yang berbahan dasar pisang. Dimana buah pisang merupakan salah satu buah yang sangat mudah ditemukan di wilayah tersebut. Mereka membuat kue dengan olahan resep yang dipandu oleh Kak Septi ‘Echi’ Wahyupeni dari Palm Sugar Cafe dan Kak Enggar dari Kemunir Cafe.
Disela pelatihan, Tim Dispusip berbincang seru dengan ibu-ibu yang hadir saat itu. Keseruan bersama ibu-ibu Dusun Papring ini memberi kebahagiaan bagi Tim Dispusip. Dari keseruan berbincang inilah akhirnya mereka bercerita apa yang telah didapat selama mengikuti kegiatan-kegiatan di Kampoeng BATARA. Diantara dari mereka ada yang menceritakan kegembiraannya telah lulus SMA (Sekolah Menengah Atas) melalui sekolah kesetaraan. Baginya, hal ini adalah pencapaian yang sangat luar biasa atas dirinya karena sudah mampu sampai pada tingkat setara dengan kalangan luar. Selain itu ada pula yang menyampaikan kebanggaannya bahwa kini dia telah bisa membaca karena sebelumnya sama sekali tidak mengenal tulisan atau bisa disebut buta aksara.
Harapan kegiatan pelatihan ini adalah untuk membangun kemandirian perempuan di Bidang Ekonomi, terutama yang berkaitan dengan sumber-sumber alam yang ada disekitar mereka. Meskipun ini bukan kegiatan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Banyuwangi, bentuk kegiatan ini bisa dikatakan mendekati konsep “Transformasi Perpustakaan” berbasis insklusi sosial. Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan suatu pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan. Apabila nantinya kegiatan di Kampoeng BATARA ini mampu mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya yang berangkat dari sebuah teori pada bahan bacaan tercetak maupun media online, maka Kampoeng BATARA berhasil mengaplikasikan konsep kegiatan Perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Dengan melihat langsung kegiatan di Kampoeng BATARA ini, Tim Dispusip banyak memperoleh Inspirasi. Selain kegiatan mengembangkan kreatifitas, keaksaraan dan sekolah kesetaraan, Kampoeng BATARA memiliki banyak kegiatan yakni mocoan Lontar Yusup, permainan tradisional, tari tradisional dan musik tradisional. Ini yang menjadi ciri khas dari Kampoeng BATARA sebagai Sekolah Adat Osing, sehingga tidak hanya mengajarkan tentang keaksaraan secara umum saja akan tetapi juga menanamkan nilai budaya kepada seluruh peserta didik di Kampoeng BATARA.
Kali pertama kedatangan DISPUSIP di Kampoeng BATARA merupakan salah satu langkah untuk bersinergi dengan para pegiat literasi dalam menghadapi tantangan literasi saat ini. Pada kunjungan ini, banyak hal yang didiskusikan diantaranya terkait kesediaan Perpustakaan Daerah melayani kunjungan dari masyarakat Kampung Papring. Selain itu, muncul konsep program 100 Perpustakaan untuk warga di Kampoeng BATARA. Rencananya ini akan digarap bareng oleh DISPUSIP bersama Kampoeng BATARA sebagai Inovasi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Banyuwangi.
Widi menyampaikan “pada program 100 perpustakan untuk rumah warga di kampung papring ini, Nantinya setiap depan rumah ada tempat untuk buku. Akan tetapi mereka tidak bisa dipaksakan untuk membaca. “
Masih dari Widi “karena di sini susah untuk membaca, kami butuhnya bahan bacaan yang banyak gambarnya dan tulisannya relatif besar-besar.”
Dari pernyataan tersebut, Hadi menanggapi “kalau terkait itu, kami siap support untuk bahan bacaannya Mas.”
“ nanti kita pilihkan sesuai kebutuhan yang di sini. Intinya kita siap”, pungkas Hadi.
Dengan melakukan kunjungan ini, DISPUSIP berharap mampu menghadapi tantangan literasi dalam masyarakat dengan bergerak bersama para pegiat literasi yang ada di seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi.